PTERIGIUM
Pterygium berasal dari bahasa yunani, yaitu pteron yang artinya “wing” atau
sayap Pterigium merupakan suatu pertumbuhan
fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terdapat pada celah
kelopak bagian nasal ataupun temporal konjungtiva
yang meluas ke daerah kornea. Pterigium berbentuk segitiga dengan puncak di
bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang dan bila terjadi
iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata.1,2
Pterygium terdiri dari dua
jenis yaitu vaskuler dan
membranaceus. Pterygium jenis
vaskuler adalah pterygium yang tebal,
merah, progresif, ditemukan pada anak muda (tumbuh cepat karena banyak pembuluh
darah, sedangkan pterygium jenis membrannaceus adalah pterygium yang tipis
seperti plastik, tidak terlalu merah, terdapat pada orang tua.5
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi pterygium
paling tinggi terdapat di daerah khatulistiwa. Pterygium juga sering
ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita dan umumnya mengenai orang-orang
yang memiliki aktivitas di luar ruangan. Faktor resiko terjadinya pterigium antara lain :3
1. Usia
Prevalensi pterygium
juga meningkat dengan bertambahnya usia. Insiden pterygium paling banyak
ditemukan pada usia 20-40 tahun
,tetapi dapat juga ditemui pada usia anak-anak
2. Pekerjaan
Pertumbuhan pterygium berhubungan dengan paparan
yang sering dengan sinar UV .
3. Tempat tinggal
Gambaran yang paling mencolok dari pterygium
adalah distribusi geografisnya.
Distribusi ini meliputi seluruh dunia tapi
banyak survei yang dilakukan setengah abad
terakhir menunjukkan bahwa negara di
khatulistiwa memiliki angka kejadian pterygium yang lebih tinggi. Survei lain
juga menyatakan orang yang menghabiskan 5 tahun pertama
kehidupannya pada garis lintang kurang dari 30O memiliki risiko penderita pterygium
36 kali lebih besar dibandingkan daerah yang lebih selatan .
4. Jenis
kelamin
Tidak terdapat perbedaan risiko antara
laki-laki dan perempuan
5. Herediter
Pterygium diperengaruhi faktor herediter yang
diturunkan secara autosomal dominan .
6. Infeksi
Human Papiloma Virus (HPV) dinyatakan sebagai
faktor penyebab pterygium .
7. Faktor risiko lainnya
Kelembaban yang rendah dan mikrotrauma karena
partikel-partikel tertentu seperti asap
rokok ,
pasir merupakan salah satu faktor risiko terjadinya pterygium.
Penyebab
pterigium belum dapat dipahami secara jelas, diduga merupakan suatu neoplasma
radang dan degenerasi. Namun, pterigium banyak terjadi pada mereka yang banyak
menghabiskan waktu di luar rumah dan banyak terkena panas terik matahari.
Faktor resiko terjadinya pterigium adalah tinggal di daerah yang banyak terkena
sinar matahari, daerah yang berdebu, berpasir atau anginnya besar. Penyebab
paling umum adalah exposure atau sorotan berlebihan dari sinar matahari yang
diterima oleh mata. Ultraviolet, baik UVA ataupun UVB, dan angin (udara panas)
yang mengenai konjungtiva bulbi berperan penting dalam hal ini. Selain itu
dapat pula dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti zat allergen,
kimia dan zat pengiritasi lainnya. Pterigium Sering ditemukan pada petani,
nelayan dan orang-orang yang tinggal di dekat daerah khatulistiwa. Jarang
menyerang anak-anak.4
Pterygium
dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata iritatif,
merah dan mungkin menimbulkan astigmat yang akan memberikan keluhan gangguan
penglihatan. Pterygium dapat disertai dengan keratitis pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering),
dan garis besi (iron line dari
Stocker) yang terletak di ujung pterigium.5
Berdasarkan luas perkembangannya, Pterygium terbagi atas 4 stadium, yaitu :
Stadium I : puncak pada konjungtiva
bulbi.
Stadium II : puncak lewat limbus tapi
belum melewati setengah jarak antara limbus
dan pupil.
Stadium III : puncak melewati setengah
jarak antara limbus dan pupil tetapi belum
melewati pupil.
Stadium IV : puncak sudah melewati
pupil.
Pterigium didiagnosis banding dengan Pinguekula dan pseudopterigium. Pinguekula merupakan degenerasi hialin
jaringan submukosa konjungtiva Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva
dengan kornea yang cacat akibat ulkus. Sering terjadi saat proses
penyembuhan
dari ulkus kornea, dimana konjungtiva tertarik dan menutupi kornea. Pada
pseudopterigium melalui anamnesa selalu didapatkan riwayat adanya kelainan
kornea sebelumnya, seperti ulkus kornea.1
Penanganan pterigium dapat berupa
konservatif atau operatif. Secara konservatif dapat dilakukan dengan melindungi
mata dengan pterigium dari iritasi sinar matahari, debu dan udara panas dengan kacamata pelindung. Juga dapat diberikan air
mata buatan bila perlu dan apabila meradang dapat diberikan steroid topikal. Pengobatan
tidak diperlukan karena sering bersifat rekuren/kambuh, terutama pada pasien
yang masih muda ( < 40 tahun ) tingkat kekambuhan dapat mencapai 50%.
Pembedahan dilakukan apabila terjadi gangguan penglihatan akibat astigmatisma
ireguler, bersifat progresif, menyebabkan gangguan pergerakan bola mata,
mendahului suatu operasi besar dan alasan kosmetik. Tindakan pembedahan yang
dapat dilakukan berupa ekstirpasi, yaitu pengangkatan seluruh membran pterigium.3
Pencegahan terhadap kekambuhan pterygium dapat dilakukan dengan menggunakan kacamata pelindung apabila beraktifitas di luar rumah terutama pada tempat-tempat yang
sering terpapar sinar matahari dan berdebu.